Apakah Syahadat Mengandung Konsekuensi

Pertanyaan:
Assalamu'alaikum wr wb, ustadz PKS yg saya hormati, saya ingin menanyakan beberapa hal :
1. Apakah kalimat syahadat benar mengandung suatu konsekuensi tertentu sehingga dikatakan sah, atau hanya cukup dilisankan saja. Bukankah rasulullah pernah mengecam sahabat yang membunuh orang yang bersyahadat di medan perang dengan alasan hanya bersyahadat untuk melindungi dirinya saja. Dan rasulullah juga pernah mengatakan bahwa ia tidaklah diperintahkan untuk memerangi orang yang mengucapkan syahadat ...

2. Bagaimana hukumnya pemerintah / penguasa yang masih mengerjakan sholat, namun ia tidak berhukum dengan hukum islam... apakah umat islam wajib memberikan ketaatan kepada penguasa yang demikian. Karena ada hadits yang mengatakan tidak boleh memerangi pemerintah yang dzolim apabila ia masih sholat ...
terima kasih atas jawabannya .....
jazakumullah khairan katsiran

Jawaban:
Assalamu ‘alaikum wr. Wb.
1. Memang benar bahwa kalimat syahadat ketika diucapkan dengan lisan ia akan mengantarkan kita kepada sorga. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang di akhir hayatnya mengucap lâ ilâha illallâh, ia masuk sorga”. (H.R. al-Bukhari bab jana`îz) Hanya saja yang dimaksud bukan sekedar ucapan. Ia memiliki sejumlah syarat agar bisa diterima. Di antaranya ia harus diucapkan dengan disertai ilmu, keyakinan, bukti nyata, ketulusan, kejujuraan keikhlasan, dan sebagainya sebagaimana disebutkan dalam sejumlah nas Alquran dan hadits. Misalnya, sabda beliau yang berbunyi, “Orang paling beruntung yang mendapatkan syafaatku nanti di hari kiamat adalah yang mengucap lâ ilâha illallâh dengan ikhlas dari hatinya.” (H.R. al-Bukhâri bab ilmu).

Adapun ketika Rasulullah saw. menegur sahabat yang membunuh orang yang mengucap kalimat di atas tidak berarti ia hanya cukup diucapkan dengan lisan. Akan tetapi, maksudnya bisa jadi orang tersebut mengucapkannya dengan tulus ikhlas dan memenuhi syarat-syaratnya.
Suatu ketika Wahab ibn Munabbih ditanya, “Bukankah kalimat lâ ilâha illallâh adalah kunci untuk masuk sorga?” Beliau menjawab, “Ya. Namun, setiap kunci pasti memiliki gigi. Jika engkau membawa kunci yang bergigi, pasti sorga itu dibukakan untukmu. Namun, jika tidak, ia tidak akan dibukakan untukmu.”

2. Ya. Penguasa yang semacam itu masih wajib untuk ditaati selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Serta, selama ia tidak melakukan suatu bentuk kekufuran yang nyata (kufur bawwâh) (lihat hadis Bukhari bab fitnah dan Muslim bab pemerintahan).

Nabi saw. juga bersabda, “Akan ada sejumlah orang yang diangkat sebagai pimpinan kalian. Kalian akan mengetahui dan mengingkari perbuatannya. Siapa yang tidak menyukai ia terlepas dan siapa yang mengingkari ia selamat. Tidak demikian dengan yang rela dan mengikuti.” Lalu, para sahabat bertanya, “Apakah kami harus memerangi mereka (pera emimpin tersebut)?” Beliau menjawab, “Tidak, selama mereka melaksanakan salat.” (H.R. Muslim). Wallahu a'lam bi al-shawab.

Wassalamu alaikum wr. wb.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apakah Syahadat Mengandung Konsekuensi"

Post a Comment

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan...